Sisi Kehidupan Nelayan di Banda Aceh

05/01/2012 20:12
Anjond.com - Assalamualaikum (^o^) kali ini AnjondTeam menerima email dari teman kita Cut Utia a.k.a cuteq next Fitria Izzati a.k.a pipit and the last Rizqi Fadhillah Buchari a.k.a Kiki yang berisikan ide untuk meliput salah satu sisi kehidupan di Banda Aceh yang mungkin terlupakan oleh kita yaitu "Nelayan". Dan setelah AnjondTeam bertemu serta berunding dengan ketiga teman kita tersebut, siang nya kami memutuskan untuk langsung terjun menuju lokasi dimana para nelayan bekerja yaitu sebuah dermaga di kawasan Lampulo. Mau tau bagaimana para nelayan bekerja dan sisi kehidupannya? Oke mari kita simak hasil liputannya…
As you know, Aceh adalah provinsi yang sumber APBD terbesarnya didapat dari dua sektor yaitu sektor pertanian dan kelautan. Itulah alasan kenapa Aceh menggantungkan harapan besar terhadap sektor kelautan. dan Nelayan adalah aktor yang berperan dalam hal itu, memenuhi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan dan hewan laut lainnya. Tentu tidak adil jika kita mengabaikan mereka, dan oleh karena itu crew AnjondTeam berkeinginan untuk mengenalkan mereka beliau-beliau sosok dibalik ikan dan hewan laut lainnya yang sekarang dengan mudah bisa anda konsumsi. Tanpa mereka, apa jadinya?

Sekitar pukul 15.00 wib kami telah sampai di tempat para nelayan bekerja sekaligus berisitirahat sejenak sebelum memulai kembali pekerjaannya yaitu di sebuah dermaga di daerah Lampulo. Kami menemui seorang nelayan yang sedang beristirahat di sebuah kapal. Pertama kami mulai memperkenalkan diri kepada beliau dan meminta izin waktunya untuk bertanya-jawab mengenai Nelayan yaitu beliau sendiri.
Dan Alhamdulillah beliau sendiri “welcome” dan mau memberikan waktunya sedikit untuk berbagi cerita mengenai Nelayan dan sisi kehidupannya kepada kami yang notabene adalah seorang Mahasiswa-Mahasiswi salah satu Universitas Negeri di Banda Aceh.

Info yang kami dapatkan mengenai beliau ternyata beliau adalah nelayan yang berasal dari Sumatera Utara. Beliau sendiri tidak mau disebutkan namanya dan tidak mau diambil gambarnya. Dengan intermezzo, beliau mengatakan “jangan difoto ya dek? nanti anak saya liat gimana?” (haha pak nelayan pelawak juga nih :D)  Kami pun menuruti apa yang beliau katakan.

Kami memulai dengan melontarkan satu pertanyaan pertama yaitu mengenai jam beliau berkerja (berlayar) dan arah beliau berlayar. Beliau menjawab bahwa tidak ada spesifik waktu yang jelas kapan mereka harus berangkat untuk berlayar, tapi biasanya mereka berangkat sekitar pukul 10.00-11.00 wib dan arah mereka berlayar untuk mencari ikan itu ke arah timur, barat dan lain-lain. Intinya tergantung mood para nelayan itu sendiri.

Kemudian kami mengajukan pertanyaan tentang masalah cuaca yang akhir-akhir ini sangat tidak menentu yang otomatis akan mengganggu para nelayan untuk berangkat berlayar mencari ikan. Lalu beliau pun menjawab bahwa para nelayan sendiri telah mengantisipasinya dengan langsung balik ke dermaga ataupun dengan cara berlindung di pulau-pulau kecil terdekat yang ada di tengah laut. (hmm..ternyata extreme juga ya)

Mengenai jenis ikan yang mereka cari pun bermacam-macam, mulai dari ikan dencis, tongkol dan juga ikan salam. Tapi mayoritas para konsumen yaitu masyarakat sendiri lebih cenderung mencari ikan tongkol. Oh iya, hampir lupa (-_-“) beliau yang kami wawancarai ini adalah bawahan dari si pemilik kapal. Dalam arti pemilik kapal memberikan kapalnya kepada beliau untuk mencari ikan. Dan hasilnya akan dibagi bersama sesuai perjanjian yang telah disepakati.

Soal penghasilan, beliau sendiri menjelaskan bahwa tidak ada penghasilan tetap yang diterima oleh mereka. Dan tentu ini berbeda dengan mereka yang bekerja di sebuah perusahaan dimana penghasilannya telah ditentukan perbulannya dalam tanda kutif bersifat tetap. Apa yang beliau dapat saat itulah yang menjadi penghasilannya. Dan beliau mendapatkan rata-rata 200 ribu/hari nya. Dengan hasil tangkapan sekitar 5 tons ikan yang mampu mereka dapatkan perharinya (amazing!). Mengenai bahan bakar yang digunakan untuk kapal adalah Solar dan persediannya telah ditentukan oleh si pemilik kapal atau toke kapal. Biasanya dalam waktu 1 minggu mereka diberi jatah 15 drum yang berisi 800 Liter solar untuk bahan bakar kapal.
Dan yang terakhir ketika ditanya mengenai harapan, beliau langsung menyebutkan harapannya kepada pemerintah agar pemerintah lebih peduli dengan kesejahteraan para nelayan, dalam arti disini mereka berharap pemerintah juga mementingkan nasib para nelayan dan pekerjaannya. Jangan hanya mengutamakan dan peduli terhadap mereka yang bekerja di perusahaan. Sebab, para konsumen juga membutuhkan konsumsi ikan dan ikan itu nelayan yang mencari. Jadi jika tidak adanya kepedulian pemerintah terhadap kehidupan para nelayan, maka hal ini dapat mengganggu tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat.

setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada beliau atas waktunya, kami pun mengakhiri peliputan ini. Pastinya kami sebagai Mahasiswa sangat setuju dengan harapan beliau kepada pemerintah. Semoga pemerintah daerah setempat maupun pihak-pihak terkait yang kebetulan membaca artikel ini bisa membuka hatinya untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan para Nelayan di Banda Aceh.

Sekian liputan Anjond.com mengenai Sisi Kehidupan Para Nelayan di Banda Aceh. Special Thanks kami ucapkan buat teman kami cuteq, pipit dan kiki yang telah menyumbangkan ide dan juga turut berpartisipasi dalam proses peliputan ini. Kami tunggu ide-ide brilliant kalian berikutnya, sesuai dengan slogan Anjond.Com “Discover The Secret Behind Aceh’s World”
 
 

Cuteq, Kiki dan Pipit
Fak. Ekonomi Manajemen Unsyiah, Let 2010

Sisi Kehidupan Nelayan di Banda Aceh